
Lingkar Inspirasi – Ketua DPD RI, Sultan B. Najamudin, menyatakan dukungannya terhadap langkah pemerintah Indonesia yang mengirimkan negosiator perdagangan ke Amerika Serikat.
Ia menilai bahwa salah satu aspek krusial dalam proses negosiasi tersebut adalah melakukan verifikasi serta validasi data ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam, sebagai respons terhadap kebijakan tarif timbal balik sebesar 32% yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Sultan juga menyoroti adanya ketidaksesuaian data ekspor-impor antara Indonesia dan Amerika yang perlu menjadi perhatian kedua negara. Ia optimis bahwa Presiden Trump akan meninjau ulang kebijakan tarif tersebut dengan mempertimbangkan kepentingan esensial dari kedua belah pihak.
“Sebagai sahabat, kita harus menghormati kebijakan Presiden Donald Trump sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap situasi ekonomi negaranya dan bahkan dunia. Kepentingan Amerika Serikat adalah sama pentingnya dengan kepentingan dunia yang lebih luas”, ujar Sultan melalui keterangan resminya pada Minggu (06/04).
Mantan ketua HIPMI Bengkulu itu menilai kebijakan timbal balik tarif ini berpotensi berdampak pada ekspor Indonesia ke AS, termasuk sektor-sektor utama seperti pakaian, alas kaki, dan komoditas lainnya. Kenaikan biaya ekspor dapat mengurangi permintaan barang-barang Indonesia di pasar AS.
“Selain upaya negosiasi, pemerintah Indonesia perlu mewaspadai potensi dampak dari gangguan perdagangan global yang lebih luas akibat tarif AS. Beruntungnya presiden Prabowo sejak awal pemerintahan telah menyiapkan langkah-langkah strategis dalam mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global melalui beberapa pendekatan kebijakan”, tegasnya.
Kebijakan hilirisasi komoditas dan bergabung dalam organisasi multilateral BRICS serta perjanjian dagang lainnya, kata Sultan, menjadi pilihan kebijakan yang penting dalam melindungi kepentingan Indonesia dalam hubungan dagang global.
Selain itu pemerintah perlu terus konsisten menjaga daya beli masyarakat dengan mendorong desentralisasi fiskal ke daerah dan desa melalui kebijakan Makan Bergizi Gratis dan mendirikan koperasi Merah Putih.
“Bagi kami, Program MBG dan koperasi Merah Putih serta lrembaga investasi Danantara adalah instrumen kebijakan strategis bagi pemerintah yang perlu didukung oleh semua pihak. Agar dampak dari kebijakan dan ketidakpastian global dapat kita antisipasi sejak dini”, tutupnya. Diketahui, Indonesia menjadi salah satu negara yang diberikan tariff reciprocal tersebut, sebesar 32 persen presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menurut data Kementerian Perdagangan RI, seperti diberitakan CNBC Indonesia, RI mengalami surplus perdagangan sebesar US$14,34 miliar pada Januari-Desember 2024.
Namun Jumlah itu lebih rendah dibanding catatan Badan Statistik AS sebesar US$17,9 miliar. Akibatnya, defisit itu pun menempatkan Indonesia menjadi negara ke-15 dengan defisit perdagangan terbesar bagi Amerika Serikat.